Rabu, 05 Juni 2013

13 Versi Neraka dari 13 Keyakinan yang Berbeda

Inilah 13 Versi Neraka dari 13 keyakinan yang berbeda



    Berbicara tentang Neraka tentu setiap orang maupun keyakinan memiliki pandangan yang berbeda-beda.  Bagi kebanyakan orang neraka identik dengan tempat penyiksaan orang-orang jahat.  Penyiksaan ini sebagai upah dari perbuatan jahatnya di masa lalu.  Itulah sebabnya bila ada orang yang jahat, mereka akan diancam dengan api neraka.  Tidak jarang pada waktu kita masih kecil orang tua sering menakut-nakuti anaknya dengan api neraka bila nakal.
                                                                                                                                                                   Berikut ini, ada 13 versi api neraka dari 13 keyakinan yang berbeda.
1.Neraka menurut Hindu
Dalam agama hindu, istilah neraka tidak terlalu begitu jelas. Bagi agama hindu, neraka bukanlah tempat penyiksaan seperti yang diyakini agama lain. Dalam agama Hindu setiap orang yang mati dia akan mencapai moksa atau lahir kembali. Bila lahir kembali maka, dia akan menerima akibat-akibat perbuatanya sewaktu masih hidup terdahulu. 
Bila semasih hidup dia orang yang baik, maka di kehidupan kedua dia menerima yang baik-baik, namu jika di kehidupan pertama dia berbuat jahat, maka kehidupan kedua dia akan menderita, mendapat kesulitan, yang sangat banyak jenisnya.  Misalnya karena : sakit yang tidak dapat disembuhkan, penghianatan, kebencian, dendam, iri hati, sakit hati, dan kemarahan yang tak terkendali adalah bentuk neraka didunia ini.
     
2.Neraka menurut Budha
Neraka (Niraya) adalah ketidak bahagiaan.  Ketidak bahagiaan itu sebagai akibat perbuatan jahat untuk pembayaran hutang-hutang karma yang pernah diperbuatnya sebelumnya. Pembayaran utang-utang ini biasa saja dalam bentuk siksaan.  Bagi agama Budha neraka ini bukanlah tempat penyiksaan kekal, tetapi sifatnya hanyalah sementara, yaitu untuk membayar utang-utang akibat kejahatan yang pernah dibuatnya.
Setelah utang-utang ini dilunasi, maka dia akan dilahirkan kembali disalah satu alam, dari 31 alam kehidupan dan disesuaikan dengan perbuatan yang dimilikinya.  Jika perbuatan baiknya lebih banyak, maka dia akan dilahirkan kembali di alam manusia, dewa atau Brahma.  Namun jika perbuatan jahatnya lebih banyak, maka dia aklan dilahirkan lembali di alam penderitaan yaitu: alam setan, jin, binatang atau neraka 
Berikut ada 8 neraka besar dalam agama Budha:
Sanjiva: Bila lahir kembali di alam neraka ini, maka dia akan dipotong-potong menjadi kepingan-kepingan yang tidak berakhir.  Setelah dia mati di siksa di alam ini, dia akan hidup lagi dan dilahirkan di sala satu dari ke 31 alam kehidupan, yang disesuaikan dengan perbuatannya.  Sanjiva artinya hidup dan hidup lagi.
Kalasuta: Di alam neraka ini tubuh aka di jahit dengan benang hitam dan dipukuli dengan beliung sampai perbuatan-perbuatan jahatnya habis, setelah itu akan bebas.
Sanghata: Neraka penghancur. Di sini mahkluk jahat akan diterjang benda-benda keras, seperti batu karang dari 4 penjuru mata angin tanpa henti-henti, dan akan berakhir bila perbuatan jahatnya sudah dilunasi.
Roruva: Daerah tertarus.  Mahluk yang masuk kesini akan dimasukkan api dan asap kedalam tubuhnya melalui 9 lobang, seperti: telinga, hidung, mulut, dll dan api itu akan membakar bagian dalam tubuhnya, yang akan menimbulkan keperihan yang luar biasa.  Derita ini akan berakhir jika perbuatan jahatnya sudah habis.
Maha roruva: daerah tertarus besar:  disini mahluk jahat akan di panggang seperti sate diatas bara yang menyala.  Akan berakhir bila perbuatan jahatnya telah dilunasi.
Tapana: pembakar. Tubuh orangjahat akan dibakar dengan tangan terikat di tiang besi yg panas dan lantainya menyala-nyala.  Akan berakhir bila perbuatan jahatnya telah lunas.
Patapa: pembakaran yang hebat.  Akan didera dengan siksaan yang hebat dan akan berakhir bila perbuatan jahatnya sudah lunas.
Avici: tanpa henti. Makhluk jahat akan diserang dari segala sisi dengan api tanpa henti.  Dan inilah tempat penyiksaan yang paling lama masanya.  Orang yang masuk kesini sebagai akibat melakukan 5 perbuatan jahat: membunuh ibunya, membunuh ayahnya, melukai sang Budha, membunuh arahat, memecah belah persaudaraan para bhikkhu atau biksu.
    3. Neraka menurut Islam
Neraka adalah tempat penyiksaan bagi mahluk Allah yang membangkang. Mereka adalah orang-orang yang membangkang terhadap syariat Allah dan mengingkari Rasulullah saw.
Kata neraka sering disebutkan dalam kitab suci Al-Qur’an dan jumlahnya sangat banyak sekali. Dalam bahasa Arab disebut naarالنار (ar)* (an-nār).
Siapapun orang yang dimasukkan ke dalam neraka, dia tidak akan keluar darinya. Pintu neraka berdiri kokoh dan tertutup rapat. Itulah penjara bagi orang-orang yang menganggap remeh berita tentang pengadilan akhirat.
Didalam Al-Qur’an disebutkan bahan bakar neraka adalah dari manusia dan batu (ada yang mengartikan berhala). Pintu gerbang Neraka di pimpin oleh Malaikat Malik, yang memiliki 19 malaikat penyiksa di dalam Neraka, salah satunya yang disebut namanya dalam Al-Qur’an adalah Zabaniah.
Siksaan di dalam neraka yang paling ringan diberikan sandal api yang bisa membuat otak mereka mendidih. “Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaannya ialah orang yang diberi sepasang sandal yang talinya terbuat dari api neraka, lalu mendidihlah otaknya karena panasnya yang laksana air panas mendidih di dalam periuk. Dia mengira tiada seorangpun yang menerima siksaan lebih dahsyat dari itu, padahal dialah orang yang mendapat siksaan paling ringan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Disebutkan di dalam salah satu hadist, bahwa penghuni neraka yang terbanyak adalah dari kalangan perempuan.
…orang-orang ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka maka ketika saya berdiri di dekat pintu neraka tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang perempuan
Di akhirat para penghuni neraka akan menjalani hukuman berupa siksa yang sangat pedih. Siksaan yang mereka derita dalam neraka itu bermacam-macam sekali, sebagaimana yang difirmankan Allah seperti berikut:
Jenis hukuman dan siksaan di neraka
“Dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka.” (At-Taubah [9]:35)
“Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, supaya mereka diseret, kedalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.”(Al-Mu’min [40]:71-72)
“Peganglah dia kemudian seretlah dia ketengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya seksaan (dari) air yang amat panas. Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.” (Ad-Dukhan [44]:47-49)
“Peganglah dia lalu belenggulah tangannya kelehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (Al-Haqqah [69]:30-32)
“Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian dari api neraka, disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala-kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada di dalam perut mereka dan juga kulit-kulit mereka. Dan cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, maka mereka dikembalikan kedalamnya, (serta dikatakan kepada mereka): “Rasailah azab yang membakar ini.” (Al-Hajj [22]:19-22)
    4. Neraka menurut Orang yahudi
Neraka, menurut agama rumpun Yahudi, biasanya digambarkan sebagai suatu tempat yang terletak jauh di dalam bumi. Neraka adalah tempat penyiksaan yang sangat mengerikan. Di neraka terdapat kawah api yang terus berkobar-kobar yang panasnya seratus kali api bumi. Di sini roh-roh malang itu dipanggang. Di Neraka juga disediakan jenis penyiksaan yang lain, misalnya ditusuk dengan tombak atau dipukuli dengan palu godam.
    5. Neraka menurut Alkitab
Pembersihan dosa dan kejahatan dari dunia ini yang akan berlangsung setelah masa 1000 tahun berakhir, Yerusalem baru turun dari sorga, dan sementara orang jahat bangkit untuk menyerang kota Yerusalem baru itu, maka Api turun dari sorga dan membinasakan semua orang jahat dan memulihkan dunia ini menajdi baru.  Hal ini dapat kita baca di wahyu 20.
Neraka menurut alkitab adalah perpisahan selama-lamanya dari Allah.  Neraka disini tidak mengandung unsur penyiksaa, sebab Allah yang penuh kasih itu bukan Allah yang kecam dan bengis.  Tujuan neraka adalah untuk menyucikan dunia ini dari segala dosa yang telah merusak dunia ini.  Untuk lebih jelas lihat disini..
    6. The House Of Lies Dalam agama Persia kuno Zoroastrianisme, jiwa setelah kematian pertama menyeberangi jembatan dan bertemu seorang wanita muda yang mewakili personifikasi dari tindakan mereka dalam kehidupan. Jika orang yang meninggal telah menyebabkan kehidupan yang baik, wanita itu terlihat cantik, sedangkan untuk orang berdosa sebaliknya jadi mengerikan. Orang-orang berdosa kemudian dilemparkan ke dalam The House Of Lies, di mana para terkutuk ini terus makan makanan busuk. Ini termasuk bangkai,makanan basi, juga nanah atau darah kotor. Tempat ini juga Gelap, sangat berbau busuk, dan betatapun banyak penghuninya, di tempat ini setiap orang akan merasa sendiri dan kesepian
    7. Irkalla  Untuk mencapai dunia bawah ini, yang berasal dari mitologi Babilonia, orang yang mati pertama – tama harus melewati 7 gerbang, orang yang mati musti menyuap penjaga gerbang masing-masing dengan sepotong pakaian atau perhiasan. 
Persis mengapa mereka begitu bersemangat untuk mendapatkan ada sedikit teka-teki, karena di dalam adalah hamparan gelap, suram di mana setiap orang dipaksa untuk makan dan minum debu saja, dan tidak banyak lagi yang harus dilakukan. 
Juga, semua orang di sana memakai bulu untuk beberapa alasan.Hal yang paling menyedihkan tentang neraka Babilonia, meskipun tidak benar-benar ada hukuman atas kesalahan yang besar - Orang babilonia menganggap semua orang pergi ke sana, kecuali beberapa pahlawan,.
    8. Helheim Ini adalah tujuan akhir bagi Viking yang mengalami nasib sial untuk tidak mati dalam kematian yang mulia. Tidak seperti versi Neraka paling modern, Helheim sangat dingin. Pintu masuk dijaga oleh anjing bermata empat berlumuran darah yang disebut Garmr, dan seluruh tempat itu diawasi oleh seekor elang raksasa yang disebut ‘si pemakan bangkai’ yang sayapnya menciptakan angin sedingin es. Seolah-olah itu belum cukup buruk, Seorang Viking yang perbuatannya sangat buruk pergi ke sebuah daerah di bawah Helheim, yang disebut Niflhel, yang jauh lebih gelap dan dingin.
    9. Kasyrgan Dalam perdukunan Mongolia, jiwa jiwa yang mennggal akan pergi menghadap Erkil Khan, pangeran neraka. Jika perbuatan buruk mereka lebih banyak daripada yang baik , mereka dikirim ke neraka yang dikenal sebagai Kasyrgan, di mana mereka direbus dalam aspal hitam di dalam kuali raksasa. Orang yang paling berdosa terjebak di sana selamanya, tetapi orang yang telah melakukan setidaknya beberapa kebaikan dalam hidup mungkin meningkat secara bertahap menuju permukaan kuali, sampai kepalanya mencapai permukaan. Orang-orang di surga yang diuntungkan dari perbuatan baik dalam hidup, maka dapat mengirim semangat khusus dan menolong penghuni neraka dengan rambut mereka, untuk menariknya ke arah surga. Mungkin karena inilah orang – orang mongol di masa lalu banyak yang gondrong ….
    10. Black Thread Hell Black Thread Hell dicadangkan untuk pemfitnah, pembohong dan orang-orang yang menganiaya orang tua mereka. Orang-orang berdosa ditandai dengan garis-garis hitam, dan kemudian dipotong sepanjang garis-garis tsb dengan gergaji terbakar. 
Tetapi jika Anda punya dosa selain di atas, jangan khawatir! Buku neraka ini mempunyai fitur yang menggambarkan daftar siksa pada total 16 neraka, 8 ‘neraka dingin’ dan 8 ‘panas’.  Versi lainnya memiliki nama sesuai dengan jenis penyiksaannya, seperti ‘Neraka Penghancuran’ (hukuman karena kekejaman terhadap hewan) dan ‘neraka Jeritan’ (hukuman untuk pencurian.) 
    11. Neraka Swedenborg Emanuel Swedenborg, seorang filsuf Swedia yang lahir pada tahun 1688, memiliki serangkaian visi di usia 53 di mana dia ‘mengunjungi’ Surga dan Neraka.  Visinya tentang neraka Kristen yang unik: menurut Swedenborg, tampak seperti kota, kumuh kotor. Yang terkutuk dapat pergi kapan saja, tetapi tidak berkeinginan untuk itu.  Penderitaan mereka tidak didasarkan pada hukuman eksternal, namun pada kenyataan bahwa mereka penuh dengan keinginan kejam. Gereja-gereja yang menganut visi dan filosofi Swedenborg ada sampai hari ini.
12. Neraka Mictlan
Setelah kematian, Aztec dalam perjalanan ke bawah melanjutkan perjalanan epic empat tahun , menghadap gunung mematikan yang mencoba untuk menghancurkan mereka, setan, dan angin dingin yang bisa memotong mereka seperti pisau.  Sekali lagi, sulit untuk mengatakan mengapa mereka berusaha begitu keras, karena tempat mereka akhirnya mencapai sebuah dunia suram yang diperintah oleh Dewa Mictlantecuhtli , kerangka yang berlumuran darah dan mengenakan kalung dari bola mata manusia. Rumah cerianya dikelilingi oleh kelelawar, laba-laba dan burung hantu.Lebih buruk lagi, Mictlan agak mirip Helheim dan Irkalla, karena Anda tidak harus berbuat jahat untuk pergi ke sini. 
Prajurit dan wanita yang meninggal saat melahirkan pergi ke surga versi Aztec, begitu juga orang yang meninggal karena tenggelam atau digantung. Dengan kata lain, jika Anda adalah anggota suku Aztec dan khawatir tentang akhirat Anda, mungkin tidak bijaksana jika anda belajar berenang.
13. Neraka Tartarus
Menurut Yunani kuno, Tartarus berada jauh di bawah dunia dalam tanah Yunani, “Hades” , seperti surga dari Bumi. Di Tartarus, orang-orang yang telah melakukan dosa yang mengerikan diberikan hukuman yang sesuai.Sebuah contoh yang terkenal di Tantalus, yang ketika dia masih hidup membunuh anaknya sendiri dan mengorbankannya untuk para dewa, Sebagai ganjaran ia terpaksa duduk di samping makanan lezat dan minuman yang dia sebelumnya tidak dapat makan atau minum.
Neraka ini tidak kekal untuk semua orang: dengan satu catatan, orang-orang yang mempunyai dosa-dosa tidak begitu buruk dihukum selama satu tahun, dan kemudian dicuci keluar dari Tartarus di salah satu sungai besar yang mengalir di sana. Mereka akan berakhir di Danau Akheronian, yang mencapai pantai lainnya, di luar bagian neraka , dan dari airnya memohon orang-orang yang telah dirugikan dalam hidup mereka untuk merelakan mereka pergi.  Jika korban mereka setuju, orang-orang berdosa bergabung dengan mereka di pantai, jika tidak mereka tersapu kembali ke Tartarus, dan situasi diulang sampai korban mereka akhirnya mengalah dan membiarkan mereka keluar dari Tartarus. … seperti sidang pembebasan bersyarat. (oleh Charlotte Coville )
Sumber; Dari berbagai sumber

Senin, 06 Mei 2013

MORNING STAR "TIM HUANG"



http://bcp.crwdcntrl.net/5/c=1970/ctax=Placements%5E728x90%5E%5E39380832TIM MORNING STAR
Water to my soul
love that makes me whole
apart from you I'm lost
your mercy is so deep
your sacrifice complete
apart from you I'm lost

Looking back on all those times
I should have known how you stood there right beside me
all my wrongs you have atoned
you wiped away my tears I'm not alone

Praise and glory to your name
you will always be the same
let all know you are holy
I'll remain in you and you remain in me
I'm not you are the morning star
let my life now show
that your mercy overflows in me

Looking back on all those times
I could see now you stood there right beside me
all my suffering my shame
you made them all your own for me you came

There is no one else but you that I desire
cause I've seen the glory of your sacrifice
I will offer you my everything
my heart and all my soul
I trust in you alone

TUJUAN ALLAH BAGI BUMI dan MANUSIA.


Apa maksud-tujuan Allah bagi umat manusia?
Tuduhan apa yang dilontarkan kepada Allah?
Seperti apakah kehidupan di bumi kelak?

                Maksud tujuan Allah bagi bumi benar-benar menakjubkan. Yehuwa ingin agar bumi dipenuhi dengan orang-orang yang berbahagia dan sehat. Alkitab mengatakan bahwa ”Allah . . . membuat sebuah taman di Eden” dan bahwa Ia ”menumbuhkan . . . segala pohon yang menarik untuk dilihat dan baik untuk dimakan”. Setelah Allah menciptakan pria dan wanita pertama, Adam dan Hawa, Ia menempatkan mereka di taman yang indah itu dan menyuruh mereka, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak dan penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.”  
    Jadi, maksud-tujuan Allah ialah agar manusia mempunyai anak-anak, memperluas taman, atau firdaus, yang mereka tinggali hingga meliputi seluruh bumi, dan memelihara binatang-binatang.
Menurut Anda, apakah maksud-tujuan Allah Yehuwa agar orang-orang hidup di suatu firdaus di bumi akan benar-benar terwujud? ”Aku telah mengatakannya,” kata Allah, ”aku juga akan melakukannya.” Ya, apa yang Allah tetapkan pasti akan Ia laksanakan! Ia mengatakan bahwa Ia ”tidak menciptakan [bumi] dengan percuma” tetapi ”membentuknya untuk didiami”. Allah ingin agar bumi dihuni oleh orang-orang seperti apa dan untuk berapa lama? Alkitab menjawab, ”Orang-orang adil-benar akan memiliki bumi, dan mereka akan mendiaminya selama-lamanya.”
 Memang, hal ini belum terjadi. Sekarang orang masih jatuh sakit dan mati; mereka bahkan berkelahi dan saling membunuh. Pasti ada yang tidak beres. Tetapi, Allah tentu tidak bermaksud bahwa bumi ini menjadi seperti yang kita lihat dewasa ini! Ada apa sebenarnya? Mengapa maksud-tujuan Allah belum terwujud? Jawabannya tidak mungkin diperoleh dari buku sejarah mana pun yang ditulis manusia karena masalahnya dimulai di surga.

MUNCULNYA MUSUH
 Buku pertama dalam Alkitab memberi tahu kita tentang suatu makhluk yang menentang Allah, yang muncul di Taman Eden. Ia digambarkan sebagai ”ular”, tetapi ia bukan seekor binatang. Buku terakhir dalam Alkitab memberi tahu kita siapa dia. Ia adalah suatu pribadi ”yang disebut Iblis dan Setan, yang sedang menyesatkan seluruh bumi yang berpenduduk”. Ia juga disebut ”ular yang semula”.Makhluk roh yang tidak kelihatan, atau malaikat yang kuat, ini menggunakan seekor ular untuk berbicara kepada Hawa, persis seperti orang yang pintar membuat suaranya seolah-olah terdengar dari mulut boneka yang ada di sebelahnya. Pribadi roh itu tentu hadir ketika Allah menyiapkan bumi untuk manusia.
Tetapi, karena semua ciptaan Yehuwa itu sempurna, siapa yang membuat si ”Iblis”, atau ”Setan” ini? Singkatnya, salah satu dari putra-putra rohani Allah yang kuat berubah menjadi si Iblis. Bagaimana mungkin? Ya, dewasa ini, orang yang tadinya baik dan jujur bisa saja menjadi maling. Bagaimana? Ia mungkin membiarkan keinginan yang salah bertumbuh dalam hatinya. Jika ia terus memikirkannya, keinginan yang salah itu bisa menjadi sangat kuat. Lalu, begitu ada kesempatan, ia akan melakukan keinginan buruk yang telah ia pikirkan itu.
Itulah yang terjadi pada Setan si Iblis. Rupanya, ia mendengar Allah menyuruh Adam dan Hawa agar mempunyai anak dan memenuhi bumi dengan keturunan mereka. ’Semua manusia ini seharusnya menyembah aku dan bukan Allah!’ pasti begitulah pikir Setan. Jadi, keinginan yang salah tumbuh dalam hatinya. Akhirnya, ia bertindak, menipu Hawa dengan mengatakan hal-hal yang tidak benar tentang Allah.  Dengan begitu, ia menjadi ”Iblis”, yang berarti ”Pemfitnah”. Ia juga menjadi ”Setan”, yang berarti ”Penentang”.
Dengan menggunakan dusta dan tipu daya, Setan si Iblis membuat Adam dan Hawa tidak menaati Allah. Akibatnya, mereka akhirnya mati, tepat seperti yang telah Allah peringatkan. Karena Adam menjadi tidak sempurna ketika ia berbuat dosa, semua keturunannya mewarisi dosa darinya.Keadaannya dapat digambarkan seperti sebuah loyang kue. Jika loyang itu penyok, bagaimana jadinya kue-kue yang dipanggang di dalamnya? Semua kue tentu ikut penyok, atau cacat. Demikian pula, semua orang mewarisi ”cacat” berupa ketidaksempurnaan dari Adam. Itulah sebabnya semua orang menjadi tua dan mati
Pada waktu Setan menggiring Adam dan Hawa untuk berdosa terhadap Allah, ia sebenarnya sedang memimpin pemberontakan. Ia menentang cara Yehuwa memerintah. Setan seakan-akan mengatakan, ’Allah bukan penguasa yang baik. Dia telah berdusta dan menahan hal-hal yang baik dari rakyat-Nya. Manusia tidak perlu diatur oleh Allah. Mereka dapat menentukan sendiri apa yang baik dan buruk. Dan, keadaan mereka akan lebih baik jika aku yang memerintah.’ Bagaimana Allah menangani tuduhan dan hinaan itu? Ada yang merasa bahwa Allah seharusnya membunuh saja semua pemberontak itu. Tetapi, apakah hal itu akan menjawab tuduhan Setan? Apakah hal itu akan membuktikan bahwa cara Allah memerintah adalah benar?
Karena Yehuwa memiliki rasa keadilan yang sempurna, Ia tidak langsung membunuh para pemberontak itu. Ia memutuskan untuk membiarkan waktu berlalu agar tuduhan Setan dapat terjawab secara memuaskan dan si Iblis terbukti sebagai pendusta. Maka, Allah menetapkan untuk mengizinkan manusia mengatur diri sendiri di bawah pengaruh Setan selama suatu waktu. Alasan Yehuwa melakukan hal itu dan membiarkan waktu berlalu begitu lama sebelum menyelesaikan masalah itu akan dibahas di tulisan ini. Tetapi sekarang, ada baiknya kita memikirkan hal ini: Sepatutnyakah Adam dan Hawa mempercayai Setan, yang tidak pernah berbuat baik kepada mereka? Sepantasnyakah mereka menganggap Yehuwa itu pendusta yang jahat, padahal Ia telah memberi mereka segala sesuatu? Seandainya Anda di tempat Adam atau Hawa, apa yang akan Anda lakukan?
    Ada baiknya kita memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu karena kita masing-masing menghadapi masalah yang serupa dewasa ini. Ya, Anda mempunyai kesempatan mendukung pihak Yehuwa untuk menjawab tuduhan Setan. Anda dapat mengakui Yehuwa sebagai Penguasa dan ikut memperlihatkan bahwa Setan adalah pendusta.  Sayangnya, di antara miliaran orang di dunia ini, hanya sedikit yang memilih untuk berbuat demikian. Hal itu menimbulkan pertanyaan yang penting: Apakah Alkitab benar-benar mengajarkan bahwa Setan adalah penguasa dunia ini?

SIAPAKAH PENGUASA DUNIA INI?
Yesus tidak pernah meragukan bahwa Setan adalah penguasa dunia ini. Dengan suatu cara yang ajaib, Setan pernah memperlihatkan kepada Yesus ”semua kerajaan dunia serta kemuliaannya”. Setelah itu, Setan berjanji kepada Yesus, ”Aku akan memberikan kepadamu semua ini jika engkau sujud dan melakukan suatu tindakan penyembahan kepadaku.”Coba pikir. Mungkinkah Setan menawarkan kerajaan-kerajaan itu kepada Yesus seandainya ia bukan penguasanya? Yesus tidak menyangkal bahwa semua pemerintahan dunia adalah milik Setan. Yesus pasti akan menyangkalnya andaikata Setan bukan pribadi yang mengendalikan semua pemerintahan itu.
 Yehuwa jelas adalah Allah yang mahakuasa, Pencipta alam semesta yang menakjubkan ini.  Namun, Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa Allah Yehuwa atau Yesus Kristus adalah penguasa dunia ini. Sebenarnya, Yesus secara khusus menyebut Setan sebagai ”penguasa dunia ini”. 

BAGAIMANA DUNIA SETAN AKAN DISINGKIRKAN
 Seraya tahun demi tahun berlalu, dunia menjadi semakin berbahaya. Dunia dibanjiri pasukan yang terus berperang, politisi yang tidak jujur, pemimpin agama yang munafik, dan penjahat yang berdarah dingin. Seluruh dunia ini mustahil diperbaiki. Alkitab menyingkapkan bahwa tidak lama lagi Allah akan memusnahkan dunia yang fasik ini dalam perang-Nya yang disebut Armagedon. Dan, sebagai gantinya akan ada dunia baru yang adil-benar.
Allah Yehuwa memilih Yesus Kristus untuk menjadi Penguasa atas Kerajaan, atau pemerintahan, surgawi-Nya yang akan berkuasa atas bumi. Lama berselang, Alkitab menubuatkan, ”Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan . . . Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan.” Yesus mengajar para pengikutnya untuk mendoakan pemerintahan itu, begini, ”Biarlah kerajaanmu datang. Biarlah kehendakmu terjadi, seperti di surga, demikian pula di atas bumi.”  Seperti akan kita lihat selanjutnya dalam buku ini, tidak lama lagi semua pemerintahan di dunia ini akan disingkirkan dan digantikan oleh Kerajaan Allah.Setelah itu, Kerajaan Allah akan mewujudkan firdaus di bumi.

    DUNIA BARU SUDAH DEKAT!
    Alkitab meyakinkan kita, ”Ada langit baru dan bumi baru yang kita nantikan sesuai dengan janji [Allah], dan keadilbenaran akan tinggal di dalamnya.” Adakalanya, apabila Alkitab menyebutkan ”bumi”, yang dimaksudkan adalah orang-orang yang hidup di atas bumi.  Jadi, ”bumi baru” yang adil-benar adalah masyarakat manusia yang diperkenan Allah.
Yesus berjanji bahwa di dunia baru yang akan datang, orang-orang yang diperkenan Allah akan menerima hadiah berupa ”kehidupan abadi”.  Silakan buka Alkitab Anda di dan bacalah apa yang menurut Yesus harus kita lakukan untuk menerima kehidupan abadi. Sekarang, sambil membaca ayat-ayat Alkitab berikut ini, pikirkan berkat-berkat yang akan dinikmati oleh orang-orang yang memenuhi syarat untuk mendapat hadiah yang menakjubkan itu dari Allah, dalam Firdaus di bumi yang akan datang.
Kefasikan, peperangan, kejahatan, dan kekerasan akan lenyap. ”Orang fasik tidak akan ada lagi . . . Tetapi orang-orang yang lembut hati akan memiliki bumi.” (Mazmur 37:10, 11) Akan ada perdamaian karena ’Allah menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi’. (Mazmur 46:9; Yesaya 2:4) Pada waktu itu, ”orang adil-benar akan bertunas, dan damai berlimpah sampai bulan tidak ada lagi”—artinya, sampai selama-lamanya!—Mazmur 72:7.
- Para penyembah Yehuwa akan hidup dengan aman. Pada zaman Alkitab, sewaktu orang Israel menaati Allah, mereka hidup dengan aman. (Imamat 25:18, 19) Alangkah menakjubkannya kelak saat kita menikmati keamanan serupa dalam Firdaus!—Yesaya 32:18; Mikha 4:4.
- Tidak akan ada kekurangan makanan. ”Akan ada banyak biji-bijian di bumi,” demikian nyanyian sang pemazmur. ”Di puncak pegunungan akan ada kelimpahan.” (Mazmur 72:16) Allah Yehuwa akan memberkati umat-Nya yang adil-benar, dan ”bumi pasti akan memberikan hasilnya”.—Mazmur 67:6.
 - Seluruh bumi akan menjadi firdaus. Akan ada rumah-rumah dan taman-taman yang baru dan indah di atas tanah yang pernah dirusak oleh manusia berdosa. (Yesaya 65:21-24; Mazmur 145:16.
- Manusia dan binatang akan hidup dengan damai. 
- Penyakit akan lenyap. Sebagai Penguasa Kerajaan surgawi Allah, Yesus akan melakukan penyembuhan dalam skala yang jauh lebih besar daripada ketika ia berada di bumi.
- Orang-orang tercinta yang telah meninggal akan dihidupkan kembali dengan harapan tidak akan pernah mati lagi. Kisah 24:15; Yohanes 5:28, 29.
         Alangkah menakjubkan masa depan orang-orang yang memilih untuk belajar tentang Pencipta Agung kita, Allah Yehuwa, dan melayani Dia! Kita harus belajar lebih banyak tentang Yesus Kristus, karena melalui dialah semua berkat ini bisa kita peroleh.

APA YANG ALKITAB AJARKAN
▪ Maksud-tujuan Allah untuk menjadikan bumi ini suatu firdaus akan terwujud.—Yesaya 45:18; 55:11.
▪ Sekarang Setan berkuasa atas dunia ini.—Yohanes 12:31; 1 Yohanes 5:19.
▪ Di dunia baru yang akan datang, Allah akan mengaruniakan banyak berkat kepada manusia.—Mazmur 37:10, 11, 29.

[Pertanyaan untuk Pembelajaran]
 1. Apa maksud-tujuan Allah bagi bumi?
 2. (a) Bagaimana kita tahu bahwa maksud-tujuan Allah bagi bumi akan terwujud? (b) Menurut Alkitab, orang-orang seperti apa yang akan hidup selama-lamanya?
 3. Keadaan apa yang sekarang ada di bumi, dan hal ini menimbulkan pertanyaan apa saja?
4, 5. (a) Siapa yang sebenarnya berbicara kepada Hawa melalui seekor ular? (b) Bagaimana orang yang tadinya baik dan jujur bisa menjadi maling?
 6. Bagaimana seorang putra rohani Allah yang kuat menjadi Setan si Iblis?
 7. (a) Mengapa Adam dan Hawa mati? (b) Mengapa semua keturunan Adam menjadi tua dan mati?
8, 9. (a) Tuduhan apa yang tampaknya Setan lontarkan? (b) Mengapa Allah tidak segera membinasakan para pemberontak itu?
10. Bagaimana Anda dapat mendukung pihak Yehuwa untuk menjawab tuduhan Setan?
11, 12. (a) Apa yang menyingkapkan bahwa Setan adalah penguasa dunia ini? (b) Apa lagi yang membuktikan bahwa Setan adalah penguasa dunia ini?
13. Mengapa perlu ada dunia yang baru?
14. Siapa yang Allah pilih untuk menjadi Penguasa Kerajaan-Nya, dan ayat-ayat mana yang menubuatkan hal ini?
15. Apakah ”bumi baru” itu?
16. Apa hadiah yang tak ternilai dari Allah bagi orang-orang yang Ia perkenan, dan apa yang harus kita lakukan untuk menerimanya?
17, 18. Bagaimana kita dapat yakin bahwa akan ada perdamaian dan keamanan di seluruh bumi?
19. Dari mana kita tahu bahwa akan ada berlimpah makanan dalam dunia baru Allah?
20. Mengapa kita dapat yakin bahwa seluruh bumi akan menjadi firdaus?
21. Apa yang menunjukkan bahwa manusia dan binatang akan hidup dengan damai?
22. Apa yang akan terjadi dengan penyakit?
23. Mengapa kebangkitan akan membuat hati kita bersukacita?
24. Bagaimana perasaan Anda jika Anda hidup dalam Firdaus di bumi?

Mana mungkin Setan menawarkan semua kerajaan dunia kepada Yesus jika ia bukan pemiliknya?

TEOLOGI PENDERITAAN DALAM KEMARTIRAN RASUL-RASUL KRISTUS

atau
atau


BAB I
PENDAHULUAN
            Penderitaan kata yang dapat dikatakan dihindari setiap orang. Tentunya tak ada manusia yang ingin menderita. Apalagi menjadi seorang yang mati demi mempertahankan iman, mungkin saat ini sudah sangat sulit ditemukan atau bahkan tak ada lagi. Berangkat dari keingin tahuan kami memberanikan diri membahas makalah ini. Apa yang menjadi alasan para Rasul Tuhan memilih menderita dan mati martir?, bagimana merka berusaha tetap setia pada Yesus dalam penderitaan kejam yang mereka terima. Hanya sekedar gelar sebagai Martir atau apakah harus demikian. Berikut kami akan membahas mengenai Penderitaan sebagai dasar menjadi seorang Martir.
             Katekismus menyatakan, “Martirium adalah kesaksian teragung yang dapat diberikan orang untuk kebenaran iman; itulah kesaksian sampai mati”.  Daripada mengingkari imannya, seorang martir lebih suka memberikan kesaksian dengan kebesaran hati yang luar biasa akan keyakinan bahwa Kristus menderita sengsara, wafat dan bangkit dari antara orang mati demi keselamatan kita, dan akan kebenaran iman kristen kita. Kata martir sendiri berarti “saksi”.

            Kitab Suci mencatat kisah-kisah kepahlawanan baik dari laki-laki maupun perempuan yang lebih suka mati sebagai martir daripada mengingkari iman mereka atau tidak setia pada hukum Allah. Dalam Perjanjian Lama, Susana lebih suka mati daripada menyerahkan diri pada hasrat dosa kedua hakim yang fasik (Daniel 13). Yohanes Pembaptis menolak untuk berkompromi dengan kejahatan dan tak hentinya memaklumkan hukum Allah; hingga pada akhirnya ia “memberikan nyawanya sebagai saksi kebenaran dan keadilan.”  
            Dengan berbesar hati memikul salib, seorang Kristiani akan beroleh berkat dalam pandangan Tuhan. Dalam Sabda Bahagia, sikap hidup yang benar, yang mendatangkan rahmat persatuan dengan Tuhan, dinyatakan dalam Sabda Bahagia kedelapan, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Lebih lanjut, Yesus mempertegasnya, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” Walau demikian, tujuan utamanya bukanlah sekedar menderita di sini dan sekarang ini demi iman, melainkan kebesaran hati dan ketekunan yang menghantar orang pada hidup yang kekal, “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga” (bdk Mat 5:10-12).


BAB II
APA ITU MARTIR (PENDERITAAN RASUL-RASUl KRISTUS)
A.      Defenisi Martir dan Penderitaan
            Sebelum membahas mengenai Martir secara lebih dalam, pertama kami membahas definisi penderitaan.  Penderitaan menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti keadaan yang menyedihkan yangg harus ditanggung, Penderitaan berasal dari kata derita dari bahasa sansekerta dhar yang artinya menahan atau menangung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin, keduanya termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan dan lain-lain. 
            Sedangkan kata Martir berasal dari bahasa Inggris Martyr dan berasal dari bahasa Yunani Martureo yang artinya “Saksi”. Istilah Martir menunjuk pada orang-orang yang mengalami aniaya dan meninggal karena mempertahankan keimanannya terhadap Yesus Sang Mesias. Istilah Martir menunjuk orang yang mengalami aniaya dan mati karena mempertahankan keimanan bukan membela keimanan. Kisah Rasul 7:54-8:1A
            Menurut definisi sekarang ini, seorang martir adalah seseorang yang meninggal karena imannya. Sayangnya, karena definisi ini kita kehilangan arti yang sesungguhnya dan yang dalam mengenai dunia martir.            Santo Agustinus pernah berkata bahwa, “Penyebabnya bukan penderitaan, yang menjadikan seseorang menjadi martir yang sejati.” Martir yang dalam bahasa Yunani berarti “Seseorang yang mengingat, dan memiliki pengetahuan tentang kebenaran tersebut.” Secara literal berarti seorang “Saksi.”
            Konsep yang berkembang dalam perjanjian baru sebagai seseorang yang dapat memberikan kesaksian mengenai kehidupan dan kuasa Yesus Kristus. “(Yohanes) datang sebagai saksi (marturia) untuk memberikan kesaksian tentang terang itu, supaya oleh Dia semua orang menjadi percaya”- Yohanes 1:17 ; dan, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi (martus)-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”- Kisah Para Rasul 1:8
            Martir Perjanjian Baru bukan hanya seorang yang menyaksikan kebenaran dan kuasa Yesus Kristus untuk pribadinya, namun juga seseorang yang diperintahkan untuk memberikan kesaksian itu kepada orang lain, berapapun harga yang harus dibayar. Dalam kisah Para Rasul pasal selanjutnya, kita dapat membaca tentang Stefanus yang dilempari batu. Peristiwa ini menjadikannya sebagai orang pertama yang membayar harga tertinggi karena memberikan kesaksian. Mulai saat inilah kata Martir memiliki arti yang lebih kuat karena seseorang tidak hanya menjadi saksi tetapi karena seseorang juga berkemauan memberikan hidupnya untuk menjadi martir karena alasan memberikan kesaksian
            Sepanjang perkembangan jemaat mula-mula, konsep martir terus berkembang menjadi “Seseorang yang memberikan kesaksian dibawah ancaman ,” dan “Seseorang yang meneladani Kristus.” Saat Pollycarp dibunuh oleh penguasa Roma pada abad kedua (dijatuhi hukuman dibakar hidup-hidup), ia diakui sebagai seseorang yang hidupnya telah menjadi teladan iman dalam Kristus Yesus. Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada jemaat di Smirna, Pollycarp diberi gelar sebagai “Martir” sebab meninggal oleh karena imannya.
            Kesimpulannya, definisi seorang martir Kristen adalah “Seseorang yang memilih menderita sampai mati dari pada menyangkal Kristus atau karya-Nya; yang mengorbankan sesuatu yang sangat penting untuk melebarkan Kerajaan Allah ; dan, yang bertahan dalam penderitaan yang hebat karena menjadi saksi Kristus.”

B.     Penjelasan Istilah Teologi Penderitaan
            Istilah “Teologi Penderitaan” dipakai dalam dua pengertian. Pertama, istilah ini dapat merujuk pada paham yang mengharuskan setiap orang Kristen untuk menderita selama di dunia supaya memperoleh kekayaan dan kebahagiaan sorgawi. Kedua, istilah ini juga seringkali digunakan dalam arti pandangan Alkitab (konsep Teologis) tentang berbagai seluk-beluk penderitaan. Pengertian yang kedua tersebut mencakup diskusi seputar asal-usul penderitaan, kaitan penderitaan dengan eksistensi Allah (apakah penderitaan membuktikan bahwa Allah tidak ada atau tidak baik?), tujuan penderitaan dalam perspektif Teologi tertentu maupun penjelasan tentang mengapa orang-orang benar mengalami penderitaan.
            Dua pengertian di atas sebenarnya sangat berhubungan. Gaya hidup menderita dan menghindari semua kesenangan didasarkan pada konsep Teologis tertentu tentang penderitaan. Sebaliknya, konsep Teologis seseorang tentang penderitaan akan mempengaruhi cara dia menanggapi penderitaan atau kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam makalah ini fokus pembahasan hanya diarahkan pada Teologi Penderitaan dalam arti yang pertama.

           
BAB III
PENDERITAAN Sebagai MARTIR
 Menurut KISAH PARA RASUL 7:54-60
1.      Penderitaan sebagai Martir menurut  Kisah Para Rasul 7:54-60
            Kisah Para Rasul 7:1-42, menguraikan tentang pidato Stefanus di depan mahkamah agung mengenai kehidupan bangsa Israel. Stefanus menggambarkan keadaan nenek moyang yang pada zaman musa hidup dengan menolak Allah, saat Musa diutus Allah membawakan hukum taurat bagi mereka. Mereka beribadah bukan kepada Allah tetapi kepada para Allah, mereka bahkan menolak membangun kemah suci.
            Pasal 7:51-53, apa yang dengan perantaraaan Musa telah difirmankan oleh Allah kepada para nenek moyang, diulangi stefanus dalam ayat-ayat ini, mereka yang menerima janji Allah tetapi hidup seperti orang kafir. Mereka menutup hati mereka terhadap Roh Allah.
            Pasal 7:54-60, Stefanus seorang terdakwa dalam pidatonya menggambarkan kelakuan para Mahkamah Agung seperti kelakuan nenek moyang. Yang kemudian membuat marah para sanhedrin. Suatu pertentangan terjadi antara Stefanus yang membawa kerajaan terang tentang janji-janji Allah dengan  kerajaan si jahat yang tidak percaya kepada penggenapan janji Allah  dalam kedatanganNya sebagai Mesias.
            Kebencian dan kasih sebagai penyataan antara kerajaan sijahat dan terang tergambarkan dengan jelas. Kemarahan sanhedrin dan rakyat yang membabi buta membuat mereka lupa akan segala penguasaan diri. Mereka membunuh stefanus dengan menyeret dan melemparinya, meskipun pemerintah romawi memutuskan hukuman mati sebagai haknya. Stefanus mati setelah Ia memohon   agar rohnya diterima, kemudian memohon keampunan bagi orang-orang lain (7:59-60). Kata mati menunjuk kepada suatu kata dalam PB yang hanya dipergunakan bagi kematian orang-orang beriman. 
            Stefanus adalah orang mati martir(sahit) pertama dari Gereja Kristen. Kis 7
:54-60, menguraikan tentang penderitaan Stefanus yang dalam keadaan hidup dan mati sebagai Martir, tetap mempertahankan iman percayanya, dan menjadi saksi kristus. Gambara tentang bagaimana Stefanus dalam tahanannya dan dalam hukuman matinya masih mengalami persekutuan dengan Tuhan dan JuruslamatNya. Kisah Para Rasus 7 menunjukkan : a) kepercayaan stefanus kepada Yesus, b) kesaksiannya bagi Yesus, c) pandangannya kepada Yesus, d) penderitaanya karena Yesus, e) doanya kepada Yesus, f) kematiannya dalam Yesus.[1]
            Jadi, penderitaan sebagai martir menurut Kisah Para Rasul 7:54-60, yaitu suatu keadaan baik dalam hidup dan sampai keaadan mati menanggung siksaan, rela dianiaya karena mempertahankan iman kepada Kristus demi suatu kehidupan yang lebih baik dalam Kristus.
            Dalam arti khusus sang Juruslamat senantiasa menjaga para murid-muridNya, yang menderita dan bersaksi bagi Dia. Dalam pada itu tidak selamaNya Tuhan Yesus meniadakan perjuangan dan penderitaan bagi para muridNya, tetapi apa yang dilakukanNya ialah melalui segala perjuangan dan penderitaan membawa mereka kepada kemuliaan Allah. Dalam pada itu pula Tuhan Yesus mengajar kita supaya memikirkan baiik-baik bahwa seorang hamba tidak melebihi tuannya. “jiakalau mereka telah menganiaya aku, mereka juga akan menganiaya kamu.”
2.      Stefanus, Tokoh Martir Krsiten dan Penderitaan dalam Kekristenan
            Sebagian besar dari kita mungkin telah menikmati keuntungan atau kenyamanan sebagai umat Kristiani sehingga kita seringkali melupakan orang-orang percaya yang penuh keberanian yang sedemikian banyak telah mempertaruhkan hidupnya demi Kekristenan. Darah para martir/saksi itu telah mengairi ladang, menghasilkan tuaian, dan mempercepat pertumbuhan kekristenan di seluruh dunia.
             Orang kedua yang menderita dan mati bagi gereja adalah Stefanus, yang namanya berarti “mahkota” (Kisah Para Rasul 6-8 ). Ia menjadi martir karena memberitakan Injil kepada orang-orang yang telah membunuh Yesus dengan setia. Kebencian yang sama akibat kebencian mereka terhadap Stefanus menyebabkan timbulnya penganiayaan besar terhadap semua orang yang mengaku percaya kepada Kristus sebagai Mesias. Lukas mencatat, “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.” (Kisah Para Rasul 8:1).
            Satu-satunya sumber informasi terpercaya tentang Stefanus adalah Kisah Para Rasul bab 6 dan 7. Di dalamnya Stefanus ditampilkan sebagai orang beriman yang kokoh dan penuh Roh Kudus dan salah satu orang yang diangkat oleh Keduabelasan untuk memangku jabatan diakon atau pelayan meja, barangkali sebagai pengurus rumah tangga jemaat. Ia, seorang Kristen Yahudi yang tinggal di Yerusalem dan bisa berbahasa Yunani. Ia pandai berpolemik dan sangat radikal dalam pandangannya mengenai tradisi-tradisi dan lembaga-lembaga Yahudi. Ketika berada di hadapan Sanhendrin, ia dengan tegas membantah semua tuduhan kaum Farisi dan membela karya misionernya di antara orang-orang Yahudi. Pembelaannya diperkuat dengan mengutip kata-kata Kitab Suci yang melukiskan kebaikan hati Yahweh kepada Israel dan ketidaksetiaan Israel sebagai “bangsa terpilih” kepada Yahweh. Oleh karena itu, ia diseret ke luar tembok kota Yerusalem dan dirajam sampai mati oleh pemimpin-pemimpin Yahudi yang tidak mampu melawan hikmatnya yang diilhami Roh Kudus.
            Senjata utama untuk melawan musuhnya ialah cintanya akan Tuhan. Cinta itu demikian kuat mendorongnya untuk bersaksi tentang Kristus meskipun ia harus menghadapi perlawanan yang kejam dari musuh-musuhnya. Bahkan sampai saat terakhir hidupnya di dalam penderitaan sekian hebatnya, ia masih sanggup mengeluarkan kata-kata pengampunan ini: “Tuhan, janganlah dosa ini Engkau tanggungkan kepada mereka itu.”
            Laporan tentang pembunuhan Stefanus itu menyatakan bahwa Saulus (yang kemudian menjadi Paulus, Rasul bangsa kafir) hadir di sana dan memberi restu terhadap pembunuhan itu. Namun apa yang terjadi atas Saulus di kemudian hari? Sebagai pahala besar bagi Stefanus ialah bahwa Saulus musuhnya yang utama serta penghambat ulung Gereja, bertobat dan menjadi Paulus, Rasul terbesar bagi kaum kafir. Stefanus wafat sebagai martir, kira-kira pada tahun 34.[2]
Penderitaan dalam Kekristenan
            Sejak awal Kekristenan, penderitaan telah menjadi bagian integral dari kehidupan Yesus, para Rasul maupun Gereja mula-mula. Yesus hidup dalam kemiskinan (Luk 2:24; Mat 8: 20//Luk 9:58; Mat 17:24-27). Dia ditolak oleh kaum keluarga (Mar 3: 21; Yoh 7:5), orang-orang di kampung halaman (Mat 13:57//Mar 6:4; Yoh 4:44) maupun bangsa-Nya sendiri (Yoh 12:37-41). Hidup-Nya pun berakhir tragis di kayu salib karena kebencian orang-orang Yahudi terhadap diri-Nya. Dia ditolak oleh milik-Nya sendiri (Yoh 1:11).
            Penderitaan ini terus berlanjut pada diri para Rasul yaitu Stefanus dan Yakobus dibunuh karena iman mereka (Kis 7:54-60; 12:1-2), Petrus, Paulus dan pemberita Injil yang lain beberapa kali mendekam di penjara (Kis 4:3; 12:4-11; Kis 16:23-40; 24:27; Flp 1:12-14). Paulus pernah menjelaskan berbagai macam penderitaan yang dia alami dalam pelayanan (2Kor 11:23-28). Yohanes diasingkan ke Pulau Patmos (Why 1:9). Menurut Tradisi Gereja, semua Rasul – kecuali Yohanes – mati sebagai martir.
            Orang Kristen secara umum juga menghadapi ancaman penganiayaan. Kaisar Nero (54-68 M) mengkambinghitamkan orang Kristen dalam kasus pembakaran kota Roma (yang diyakini banyak orang justru merupakan inisiatif Nero). Penganiayaan besar lainnya terjadi pada zaman Kaisar Domitian (81-96 M). Penganiayaan yang paling luas terjadi sejak tahun 250 M melalui keputusan Kaisar Decius dan Diocletian (antara tahun 100-250 M) penganiayaan menjadi lebih sistematis dan terorganisasi.
Penganiayaan yang bermula pada zarnan Kaisar Nero, pada waktu Rasul Paulus mati syahid, berlangsung terus dengan semakin kejam atau kurang selama berabad-abad. Orang-orang Kristen dituduh dengan tuduhan palsu melakukan kejahatan yang mengerikan, dan dinyatakan sebagai penyebab bencana besar seperti bahaya kelaparan, wabah dan gempa bumi. Mereka dituduh sebagai pemberontak yang melawan kerajaan, sebagai musuh agama, dan sebagai wabah bagi masyarakat. Banyak yang dilemparkan kepada bina­tang buas, atau dibakar hidup-hidup di amfiteater. Sebagian disalibkan, yang lain dibungkus dengan kulit binatang liar dan dilemparkan ke arena untuk dicabik-cabik oleh anjing-anjing ganas. Hukuman mereka sering dijadikan hiburan utama pada pesta-pesta umum. Orang banyak berjubel menikmati tontonan itu, mereka tertawa serta bertepuk tangan menyaksikan korban yang sedang menderita menghadapi maut.
        Ke mana saja pengikut Kristus mencari perlindungan, mereka terus di­buru sepeti binatang mangsa. Mereka terpaksa mencari persembunyian di tempat-tempat terpencil yang tidak ada orang. "Kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di pa­dang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung" (Ibrani 11:36-38). Katakomb-katakomb (kuburan di bawah tanah) dimanfaatkan menjadi tempat persembunyian beribu-ribu orang. Di bawah bukit-bukit di luar kota Roma, terowongan panjang telah digali di dalam tanah dan batu. Jaringan lorong-lorong gelap dan rumit dibuat bermil-mil di luar tembok kota. Di tempat pengasingan bawah tanah inilah pengikut-pengikut Kristus menyembunyikan orang mati mereka. Dan di sini jugalah mereka berlindung bilamana mereka dicurigai dan dipersalahkan mengenai sesua­tu. Bilamana Pemberi Hidup itu membangkitkan mereka yang telah mela­kukan perjuangan yang baik, banyaklah orang-orang yang telah mati syahid demi Kristus yang akan keluar dari gua bawah tanah yang suram itu.
Meskipun mengalami penganiayaan yang paling kejam, saksi-saksi Yesus ini tetap memelihara iman mereka tidak tercemar. Meskipun jauh dari segala kesenangan, tertutup dari sinar matahari, dan tinggal di dalam gelap di dalam tanah, mereka tidak mengeluh sedikit pun. Dengan kata­-kata iman, ketabahan dan pengharapan mereka menguatkan satu sama lain untuk menanggung penderitaan dan kekurangan dan kesesakan. Kehilang­an berkat-berkat duniawi tidak bisa memaksa mereka untuk menyangkal iman mereka pada Kristus. Pencobaan dan penganiayaan hanyalah lang­kah-langah yang membawa mereka semakin dekat kepada perhentian dan upah mereka.
Beberapa teks Alkitab yang dianggap mengajarkan penderitaan,
            Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan merupakan bagian integral dari status sebagai orang Kristen. Syarat mengikut Yesus adalah salib/kematian (Mat 16:24-25) dan meninggalkan segala sesuatu (Mat 19:21//Mar 10:21//Luk 18:22; Luk 14:26, 33). Pengikut Yesus tidak boleh takut dengan kematian (Mat 10:28; Yoh 12:24-26) atau penganiayaan (Luk 21:12-19), karena dunia memang pasti akan membenci mereka (Yoh 15:18-21). Yesus beberapa kali mengecam orang kaya, baik dalam interaksi-Nya dengan mereka (Mat 19:24//Mar 10:25//Luk 18:25; Mar 12:41-44) maupun dalam perumpamaan-perumpamaan yang Ia berikan (Luk 16:19-31). Ia memperingatkan para pengikutnya untuk mewaspadai ketamakan (Mat 6:19-24; Luk 12:15-21). Ia bahkan menyebut orang-orang miskin (Mat 5:3//Luk 6:20) dan teraniaya (Mat 5:12) sebagai orang yang berbahagia. Para Rasul juga mengajarkan bahwa penderitaan dipakai Tuhan untuk mendatangkan kebaikan (Rom 8:28) supaya orang Kristen semakin dewasa dan teruji di dalam Tuhan (Rom 5:3-4; Yak 1:2-4; 1Pet 1:7-8).



BAB IV
RELEFANSI PADA MASA KINI
Penderitaan Orang Beriman Saat Ini
A.    Apakah orang Kristen Harus Menderita?
Pertanyaan ini sebenarnya sangat sulit dijawab dengan gamblang. Di satu sisi Alkitab mencatat beberapa tokoh Alkitab yang secara jasmani tidak menderita. Allah bahkan beberapa kali menjanjikan kebahagiaan secara jasmani, misalnya memiliki keturunan (Kej 1:28), kemakmuran (Kej 12:1-3), posisi yang dihormati (Ul 28:13). Beberapa tokoh Alkitab hidup dalam kecukupan jasmani, misalnya Abraham (Kej 12:1-3; 13:1-2; 24:35), Ishak (Kej 26:13), Salomo (1Kor 10). Dalam Perjanjian Baru beberapa pengikut Yesus adalah orang kaya, misalnya perempuan-perempuan yang mendukung pelayanan-Nya (Luk 8:2-3), Yusuf Arimatea (Mat 27:57),
            Apa yang dikecam oleh Alkitab bukanlah kekayaan jasmani pada dirinya sendiri. Uang, kesehatan dan jabatan adalah sesuatu yang netral. Semuanya adalah milik dan berasal dari Tuhan (1Taw 29:11-12). Seandainya materi pada dirinya sendiri adalah jahat, maka Tuhan pasti tidak akan memberikan yang jahat itu kepada Abraham, Ishak, Salomo dan tokoh Alkitab lain (band. Mat 7:9-10). Kalau materi itu jahat, maka Tuhan tidak akan memberikan perintah kepada umat-Nya agar memuliakan Dia dengan harta mereka (Ams 3:9).
            Ketika Yesus memberikan perintah kepada murid-murid untuk meninggalkan segala sesuatu – termasuk harta dan keluarga – hal itu tidak berarti bahwa mereka benar-benar melepaskan dan tidak menggubris hal itu lagi. Yesus sendiri tetap memperhatikan keluarga-Nya (Yoh 19:27). Ia memperhatikan ibu mertua Petrus (Mat 8:14). “Meninggalkan segala sesuatu” di sini berbicara tentang prioritas hidup. Pengikut Yesus harus membenci keluarga mereka (Luk 14:26) dalam arti “tidak mengasihi mereka sampai melebihi kasih kepada Kristus” (Mat 10:37). Pengikut Yesus tidak boleh mengasihi jiwa mereka melebihi mereka mengasihi Tuhan (Mat 10:28; 16:24-25), tetapi bukan berarti mereka semua harus mati martir bagi Tuhan (Yoh 21:21-22). Pendeknya, semua orang Kristen harus menempatkan Tuhan sebagai prioritas pertama dan satu-satunya dalam hidup serta harus selalu siap apabila semua yang dimiliki diambil dari dirinya. Dan tentunya rela menderita demi mempertahankan iman.
             



DAFTAR PUSTAKA
Alkitab
Brink. H. 2003. Kisah Para Rasul. Jakarta, BPK Gunung Mulia.
Ira. C. 2001. Semakin dibabat Semakin Merambat. Jakarta, BPK Gunung Mulia
John Foxe.2001. Foxes Book of Martyrs. Yogyakarta, Penerbit Andi.

SOAL PTS AGAMA KRISTEN KELAS 4 SEMESTER GANJIL TAHUN 2021/202

 soal PTS AGAMA KRISTEN KELAS 4 di ditujukan untuk siswa kelas 4 SDN 064025