atau
atau
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam dunia pendidikan di
butuhkan adanya interaksi antara guru dan murid. Dengan adanya interaksi proses
pembelajaran di dalam maupun di luar kelas mampu dilaksanakan dengan baik. Yang
dimaksud interaksi di sini adanya hubungan timbal balik diantara keduanya yakni
guru dan murid.
Belajar mengajar adalah suatu
kegiatan edukatif, dimana nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi
diantara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dimaksud untuk
mencapai tujuan tertentu, yaitu tujuan yang telah dirumuskan sebelum pegajaran
dilakukan.
Pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya.
Pendidik ini merupakan faktor human
kedua setelah terdidik. Walaupun pandangan dari paham teacher centered
pada umumnya tidak diterima, tetapi pendidik tidak mempunyai peranan yang amat
penting di dalam proses pendidikan. Dikatakan demikian karena tanpa pendidik,
pendidikan tidak dapat berlangsung.
Guru merupakan figur sentral dalam
penyelenggaraan pendidikan, karena guru adalah sosok yang sangat diperlukan
untuk memacu keberhasilan peserta didiknya. Betapapun baiknya yang dirancang,
namun pada akhirnya keberhasilan para siswa sangat tergantung pada
pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Perkembangan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan masyarakat penuh dengan tuntutan dari berbagai
sektor sangat berpengaruh terhadap kehidupan sekolah.
Untuk melaksanakan profesi guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan
keterampilan guru yang memadai sesuai dengan tuntutan zaman.
Kehadiran guru
dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan
penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh
mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun.
Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai,
perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil
dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di
sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang
diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.
Minat, bakat,
kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan
berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru
memperhatikan peserta didik secara individual. Karena antara satu peserta didik
dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Guru pula yang
memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan membiasakan mereka
untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Guru sangat dituntut
kesabaran, kreatifitas, dan profesionalisme.
Perlu diperhatikan
bahwa menghadapi siswa bukanlah hal yang mudah bagi guru, karena yang dihadapi
bukanlah benda mati yang ingin dibentuk menurut keinginan guru. Akan tetapi
yang dihadapi adalah manusia yang petumbuhan dan perkembangannya membutuhkan
bimbingan dari orang dewasa. Oleh karena
itu profesionalisme sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kwalitas belajar
peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebagai mana yang tercantum
dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 6 disebutkan
sebagai berikut :
Kendudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Guru adalah
seseorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang. Kehadiran guru di
tengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada guru atau seseorang
yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia untuk belajar dan berkembang,
manusia tidak akan memiliki budaya, norma, agama. Sulit dibayangkan jika di
tengah kehidupan manusia tidak adanya seorang guru, bekal tidak ada peradaban
yang dapat dicatat, kita akan hidup dalam tradisi-tradisi kuno, hukum rimba
akan berlaku, yang kuat menindas yang lemah, demikianlah seterusnya.
Dalam kehidupan
sehari-hari berhasil tidaknya suatu pendidikan baik di sekolah maupun di
lingkungan keluarga, perlu adanya motivasi dari kedua orang tua untuk
kelangsungan pendidikan itu sendiri. Motivasi belajar anak dilakukan baik yang
berupa dari dalam dirinya maupun dari lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat dan lingkungan sekolah.
Dalam hal belajar
mengajar motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru sangat berperan penting
dalam memotivasi siswa. Guru yang hebat adalah guru yang mampu membangkitkan
semangat belajar siswa.
Uraian tersebut memberikan gambaran
tentang pentingnya profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan motivasi
belajar siswa khususnya belajar Pendidikan Agama Kristen sebagai pegangan dalam
membentuk siswa yang memiliki nilai-nilai kristiani.
B.
Ruang
lingkup Masalah
Berorientasi pada latar belakang, sehingga penulis
merumuskan ruang lingkup masalah yang merupakan titik tolak penulisan makalah
ini sebagai berikut:
a.
Bagaimanakah
profesionalisme guru ?
b.
Bagaimana
motivasi yang akan diberikan seorang guru PAK?
c.
Bagaimana
pengaruh profesionalisme guru Pendidikan Agama Kristen terhadap motivasi
belajar siswa ?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
1.
Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar
2.
Untuk
mengetahui bagaimana guru PAK yang profesional
3.
Untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan serang guru profesional dalam memberikan
motivasi pada siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Teoritis
1.
Pengaruh
profesionalisme Guru PAK
Dalam kerangka teoritis ini akan
membahas tentang defenisi defenisi yang berkaitan dengan aspek aspek yang
dibahas selanjutnya. Berikut defenisi defenisi yang akan dibahas sesuai dengan
penelitian ini yakni:
1.1
Defenisi
Profesionalisme Guru PAK
Sebelum menjelaskan tentang
profesionalisme guru, penulis terlebih dulu akan menjelaskan pengertian guru.
Guru secara etimologi sepadan dengan
kata pendidik yang oleh WJS. Poerwadarminta diartikan sebagai orang yang
mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.
Sedangkan secara terminologi
beberapa pakar menggunakan rumusan yang berbeda tentang pendidik atau guru.
Menurut Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Ihsan (2007 : 93),
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai
individu yang sanggup berdiri sendiri. Sama dengan teori di Barat yaitu siapa
saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Sedangkan menurut
UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen :
“Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Guru merupakan orang
pertama mencerdaskan manusia, orang yang membei bekal pengetahuan, pengalaman
dan menanamkan nilai-nilai, budaya dan agama terhadap anak didik, dalam proses
pendidikan guru memegang peran penting setelah orang tua dan keluarga di
rumah.
Profesionalisme berasal dari kata Profesi
yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh
seseorang. Profesi juga dapat diartikan
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
(Webster, 1989).
Secara etimologi, istilah profesi
berasal dari bahasa inggris, yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang
artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan kemampuan atau ahli dalam
melakukan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakukanya
yang ditekankan pada pekerjaan mental yaitu adanya persyaratan pengetahuan
teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual (Danin, 2002).
Jadi suatu profesi harus memiliki
tiga pilar pokok yaitu pengetahuan keahlian dan persiapan akademik.
Menurut Martinis Yamin (2007) “profesi
mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan,
teknik dan prosedur berlandaskan intelektualitas.” “sedangkan menurut Jasin
Muhammad (dalam Yunus Namsa, 2006) profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang
dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki
dedikasi, serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada
pelayanan yang ahli.”
Sementara itu, menurut Didit
Atmadilaga,
“profesi merupakan wewenang praktik suatu kejuruan yang bersifat
pelayanan pada kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang
didukung oleh penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan
keterampilan teknik, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus yang
penyelenggaraannya dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi .... yang
bersama melakukan izin praktik atau penolakan praktik dan kelayakan praktik
dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang diawasi
langsung oleh pemerintah maupun asosiasi profesi yang bersangkutan.
Berdasarkan berbagai pendapat
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah:
Profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Menurut Djam’an Satori, “profesional
menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi,
“dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya.”
Sementara itu, menurut Walter
Johnson (1959)
profesional sebagai “.... seseorang yang menampilkan suatu tugas
khusus yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan
waktu persiapan dan pendidikan cukuup lamma untuk menghasilkan pencapaian
kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang berkadar tinggi”.
Adapun pengertian profesional
menurut Uzer Usman (1992) adalah “suatu pekerjaan yang bersifat profesional
memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan
umum.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
profesional merupakan sebutan bagi seseorang yang bekerja dan ahli dibidangnya,
dimana menjadi profesional memerlukan pendidikan dan kemudian diaplikasikan
sesuai tuntutan profesi. Seorang profesional menjalankan kegiatannya
berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Seorang profesional
akan terus-menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan
dan pelatihan.
Profesionalisme berasal dari
profession yang berarti pekrjaan.
Menurut Arifin (1995) profession
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaann yang
memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.
Sedangkan menurut kunandar (2007:45) profesionalisme berasal dari kata profesi
yang berarti suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh
seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu
yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khsusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang intensif.
Pengertian profesionalisme adalah
suatu pandangan terhadap keahlian tertentu yang diperlukan dalam pekerjaan
tertentu, yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau
latihan khusus. (Arifin, 1995:105).
Jadi profesionalisme mengarah kepada
komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya
dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang diembannya.
Profesionalisme guru merupakan
kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang
menjadi mata pencaharian. Sementara itu guru yang profesional adalah guru yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pembelajaran. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahawa pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal.
Guru yang profesional adalah orang
yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengelaman yang luas
dibidangnya. Sedangkan Oemar Hamalik (2006:27) mengemukakan bahwa guru
profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah
mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas
besar.
Guru merupakan sentral dalam kegiatan pendidikan
dan harus memahami hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan tersebut. Guru selain mengajarkan Ilmu pengetahuan
juga sebagai penggganti orang tua di sekolah, siswa.
Guru umum sangat berbeda dengan guru Pendidikan Agama Kristen, dimana guru
PAK harus mampu menanamkan nilai-nilai Etika Kristiani kepada anak didiknya hal
itulah yang menjadi letak perbedaan Guru PAK dengan guru umum.
Boehlke (2000:698) mengatakan : ”Guru Pendidikan Agama Kristen
Adalah seorang penganjur, pengalaman belajar yang siap memanfaatkan berbagai
sumber buku, peralatan, peryataan, objek dan sebagainya guna menolong orang
lain bertumbuh dalam pengetahuan iman Kristen dan pengalaman percaya secara
pribadi”.
Selanjutnya Homrighausen dan Enklaar (2005:164) Mengatakan: “Bahwa guru PAK
adalah seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap
orang pelajarnya kepada Yesus Kristus. Tujuan itu ialah supaya mereka sungguh-sungguh
menjadi murid-murid Tuhan Yesus, yang rajin, dan setia. Guru tak boleh merasa
puas sebelum anak didiknya menjadi orang Kristen yang sejati”.
Dari pengertian di atas maka ada alasan bahwa Guru Pendidikan Agama Kristen
merupakan seorang pengajar yang mempunyai pengalaman dalam menyampaikan materi
pelajaran yang dibuat dari berbagai sumber buku sebagai bahan untuk pelajaran
bagi anak didik yang dapat memberi pengetahuan Iman Kristen sehingga mereka
mempuyai Iman dan kepercayaan akan Kasih Allah dan Guru Pendidikan Agama
Kristen juga selalu siap menolong setiap orang dengan memberikan kasih karunia
dari Allah yang berkelanjutan.
Guru Pendidikan Agama Kristen sangat berperan dalam mengelola proses
belajar mengajar dan harus bertindak sebagai motivator dengan berusaha
menciptakan kondisi belajar mengajar yang aktif dan mengembangkan bahan
pengajaran yang baik dan dapat dinyatakan dalam tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari. Guru juga
yang memegang peran sentral dalam proses
belajar mengajar maksudnya disini adalah seorang guru harus dapat memilih,
menerapkan, memperhatikan, mengelola kegiatan
belajar mengajar dengan baik untuk itu Guru Pendidikan Agama Kristen
dituntut untuk Profesional.
1.2 Motivasi Belajar Siswa
1.2.1
Pengertian Motivasi Belajar
Secara etimologi kata motivasi berasal dari
kata ”motif” yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin
”movere” yang bermakna bergerak, istilah ini bermakna mendorong, mengarahkan
tingkah laku manusia.
Secara etimologi para pakar mengungkapkan
bahwa menurut Mc. Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
Menurut kebanyakan definisi, motivasi
mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang
tingkah laku manusia.
·
Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada
individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya
kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif dan kecenderungan mendapat
kesenangan
·
Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan
tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah
laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
·
Untuk menjaga dan menopang tingkah laku.
Lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah
dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa
motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan
suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Para ahli mendefinisikan belajar dengan
beberapa pengertian yakni :
1.
Dr. Hamzah B. Uno, M.pd. (2008 : 22)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara
formal, informal dan nonformal
2.
Dr. Iskandar, M.Pd. (2009 : 181) mengemukakan
bahwa belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan
pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang
dilandasi untuk mencapai tujuan.
3.
Drs. Ngalim Purwanto, MP (2000 : 85)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
Dari pengertian motivasi dan belajar dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah :
Ø Daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk
menambah pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman.
Ø hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan
beberapa indikator meliputi : (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil (b)
adanya dorongan kebutuhan dalam belajar (c) adanya harapan dan cita-cita masa
depan (d) adanya penghargaan dalam belajar (e) adanya kegiatan yang menarik
dalam belajar (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik
1.2.2
Tujuan Dan Fungsi Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan
sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
Sedang fungsi motivasi, menurut Prof. Dr.
Oemar hamalik (2009 : 175) adalah :
1.
Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu
perbuatan
2.
Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan
kepada pencapaian tujuan yang diinginkan
3.
Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin
bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
A.
Sumber-sumber motivasi dalam pembelajaran
Motivasi seseorang siswa, mahasiswa, guru dan
dosen bersumber dari diri sendiri dan dari luar diri sendiri. Motivasi yang
berasal dari diri sendiri disebut Motivai intrinsik dan motivasi yang berasal
dari luar disebut Motivasi ekstrinsik
a.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang
ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau
bantuan orang lain. Sedang motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat
rangsangan dari luar.
Pada intinya motivasi intrinsik adalah
dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan satu-satu jalan
adalah belajar, dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subyek belajar
b. Motivasi ekstrinsik, merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan
dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan
belajarnya sendiri.
Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik
menurut Winkel (1989 : 94) diantaranya adalah :
1) Belajar demi menambah kewajiban
2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan
3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan
4) Belajar demi meningkatkan gengsi
5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua
dan guru
6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi
persyaratan kenaikan pangkat / golongan administratif
B.
Dasar-dasar pemberian motivasi
Tugas seorang guru dan dosen disini dituntu
sebagai motivator untuk mendorong, menggerakkan supaya siswa melakukan atau
tidak melakukan sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran di kelas.
Petunjuk praktis yang perlu dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi
siswa belajar di kelas sebagai berikut :
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik pada permulaan belajar mengajar
seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan tentang tujuan
instruksional khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka
makin besar pula motivasi dalam belajar
2. Hadiah / reward. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan
memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu siswa
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi
3. Saingan /kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk
belajar strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta
didik.
1.
Membentuk kebiasaan belajar yang baik
2.
Membantu kesulitan belajar anak didik secara
individu maupun kelompok
3.
Menggunakan metode yang bervariasi
4.
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran
Teori Abraham Maslow mengenai teori motivasi
Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan
kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian
dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia.
Kelima tingkatan di atas adalah sebagai
berikut :
1)
Kebutuhan fisiologis : Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi
biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang,
papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks dan sebagainya
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security); seperti
terjaminnya keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang,
kemiskinan, kelaparan, perlakuan tak adil dan sebagainya
3) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan
dicintai, diperhitungkan, sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok,
rasa setia kawan, kerjasama
4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai
karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.
5)
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self
actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang
dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.
2.
Pentingnya
profesionalisme Guru dalam Pendidikan
Di dalam dunia pendidikan, guru
adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum yang
dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana
belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif,
kreatif dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengalaborasi kemampuaanya.
Guru yang profesional merupakan
faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru
profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri
sesuai dengan kemampuan dan kaidah-kaidah profesinalisme guru yang
dipersyaratkan.
Guru dalam era teknologi imformasi
dan komunikasi sekarang ini bukan hanya sekedar mengajar (transfer of
knowledge) melainkan harus menjadi manajer belajar. Hal tersebut mengandung
arti, setiap guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang
kreativitas dan aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia,
multimetode, dan multisumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berkenaan dengan pentingnya
profesionalisme guru dalam pendidikan Sanusi et al (1991:23) mengutarakan enam
asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, yaitu:
1.
Subjek
pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan
perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya; sementara itu
pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusian yang menghargai martabat
manusia
2.
Pendidikan
dilakukan secara intensional, yakni secara sadar bertujuan, maka pendidikan
menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara
universal, nasional, maupun lokal yang
merupakan acuan para pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikan.
3.
Teori-teori
pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahn
pendidikan.
4.
Pendidikan
bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi
yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha untuk
mengembangkan potensi unggul tersebut.
5.
Inti
pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara
peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah
yang diinginkan pendidik agar selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
masyarakat.
6.
Sering
terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu menjadikan manusia
sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik) dengan misi instrumental, yakni
yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.
Jika kita melihat sejenak kondisi
real pendidikan yang ada di daerah, kita banyak menemukan situasi guru yang
kuang menguntungkan untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya. Banyak
guru yang ditempatkan dalam ruangan yang penuh sesak dengan anak didik dengan perlengkapan yang kurang memadai. Di
tempat yang demikian itulah guru diharapkan mampu melaksanakan tugas yang maha
mulia untuk mendidik generasi penerus bangsa. Dan hal ini semakin kompleks bila
dihadapkan dengan luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi
dengan dukungan fasilitas yang minim dan iklim kerja yang kurang menyenangkan.
Luapan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi disatu pihak, serta kemajuan dan perkembangan yang dialami
masyarakat serta aspirasi nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia
dilain pihak, membawa konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan
kompleks bagi pelaksana dalam sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada
khususnya.
Pendidikan yang baik sebagaimana
diharapkan oleh masyarakat modern dewasa
ini dan sifatnya yang selalu menantang, mengharuskan adanya pendidik yang
profesional. Hal ini berati bahwa
dimasyarakat diperlukan pemimpin yang baik, dirumah diperlukan orang tua
yang baik dan desekolah dibutuhkan guru yang profesional.
Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam mencari jawaban tentang apa
dan siapa itu guru yang profesional memerlukan suatu tinjauan yang luas serta
melingkupi berbagai segi.
3.
Syarat-Syarat Guru Profesional
Syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh seorang guru menurut Imam Wahyudi Mengejar Profesionalisme Guru, 2012)
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik adalah
sebagai berikut:
1.
Persyaratan
fisik, yaitu kesehatan jasmani, maksudnya seorang guru harus berbadan sehat.
2.
Persyaratan
psikis, yaitu sehat rohaninya maksudnya tidak mengalami gangguan kelainan jiwa
atau penyakit syaraf.
3.
Persyaratan
mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi keguruan,
mencintai dan mengabdi pada tugas jabatannya.
4.
Persyaratan
moral, yaitu sifat susila dan budi pekerti luhur, maksudnya seorang guru
sanggup berbuat kebajikan serta bertingkah laku yang baik.
5.
Persyaratan
intelektual atau akademis, yaitu mengenai pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh dari lembaga pendidikan.
Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yang profesional
meliputi:
1.
Kompetensi
pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
2.
Kompetensi
personal, adalah kemapuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia.
3.
Kompetensi
profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
4.
Kompetensi
sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4. Pengaruh Profesionalisme
Guru Dalam Memotivasi Siswa
Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama
kuatnya. Pada siswa yang motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya
lebih kuat dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan
siswa yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar
sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di dalam
kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada
anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan meningkatkan motivasi
belajar, khususnya oleh guru merupakan suatu hal yang perlu dan wajar (Max
Darsono, 2001 : 68).
Beberapa upaya yang
dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah
sebagai berikut:
1.
Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip
yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa, keaktifan siswa,
keterlibatan langsung siswa, materi pelajaran yang merangsang, dan lain-lain.
Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha menciptakan
situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan siswa, dan
lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara optimal.
2.
Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis
dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang keberadaannya dapat
berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah menjadi menguat.
Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya pengadaannya, alat bantu
mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan upaya pengembangannya,
kondisi siswa dan upaya penyiapannya.
3.
Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa
Siswa lebih senang
mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa mempunyai latar belakang
untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu, guru harus pandai
memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru, contoh-contoh ini
hendaknya banyak terdapat di lingkungan siswa.
4.
Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa mempunyai
cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua siswa dapat mencapai kesuksesan
tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi, dan kegagalan
mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini, hendaknya guru
tidak menjadikan siswa selalu gagal. Kegagalan yang berkepanjangan menyebabkan
siswa menjadi tidak bergairah dalam mencapai cita-citanya. Sebaiknya guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan tujuan belajar yang sesuai
dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk mencapai tujuan itu lebih
kuat.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Prestasi belajar yang
memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara
wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Salah satu
contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar siswa. Pada
tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya,
tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena
siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang
lain sangat diperlukan oleh siswa tersebut.
Berikut adalah upaya
guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan
belajar:
1.
Pergunakan Pujian Verbal
Kata-kata seperti
”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru kepada siswa setelah
selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang
diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
2.
Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana
Kenyataan bahwa tes dan
nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial menyebabkan tes dan nilai
dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi siswa. Siswa belajar karena ada
keuntungan yang diperoleh dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian, memberikan
tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi siswa untuk belajar.
3.
Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri siswa ada
potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat
ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu
pada anak didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Keinginan
siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru merupakan desakan eksploratif
dari dalam diri siswa. Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri siswa
sudah ada rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
4. Melakukan
Hal yang Luar Biasa
Untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, guru harus dapat melakukan hal-hal yang luar biasa,
misalnya menceritakan masalah guru dalam belajar di masa lalu ketika sedang
sekolah seperti mereka, sehingga setelah mendengar cerita dari guru siswa akan
lebih bersemangat dalam belajar dan prestasi siswa akan meningkat. Melakukan
hal yang luar biasa merupakan upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar.
5. Merangsang
Hasrat Siswa
Hasrat siswa perlu
dirangsang dengan memberikan sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila
ia berusaha dan berprestasi dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa
dapat berupa benda, pujian verbal, nilai yang baik dan lain-lain yang akan
merangsang hasrat siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
6.
Memanfaatkan Apersepsi Siswa
Pengalaman siswa baik
yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan
ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Siswa mudah menerima dan
menyerap materi pelajaran dengan menghubungkan bahan pelajaran yang telah
dikuasainya. Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang
memudahkan untuk menuju materi pelajaran yang baru.
7. Minta
Kepada Siswa untuk Mempergunakan Hal-hal yang Sudah Dipelajari Sebelumnya
Hal ini menguatkan
belajar siswa dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan pada diri siswa, bahwa
apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga berhubungan dengan pengajaran yang
akan datang.
8. Membantu
kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Membantu kesulitan
peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.
Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode
untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan
gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat
dan mempelajari materi yang telah disampaikan..
9.
Menggunakan metode yang bervariasi.
Meningkatkan motivasi
belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang
bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan
adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada
siswa.
10.
Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
11. Perkecil
Daya Tarik Sistem Motivasi yang Bertentangan
Kadang agar diterima
oleh teman-temannya, siswa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru.
Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan ketua kelas yang berperan sebagai
pemimpin dan sebagai contoh siswa yang lain di kelas itu, dalam aktivitas yang
berguna (menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran ilmiah, dan sebagainya)
sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-hal yang positif.
Dalam interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada siswa.
Dalam interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada siswa.
Jika terdapat siswa
yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi ekstrinsik yang
bersumber dari luar diri siswa sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini di
berikan bisa dalam bentuk pujian, hadiah, dan lain-lain. Tugas guru sekarang
adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat mendorong rasa ingin
tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Siswa dapat tumbuh dan
berkembang yang pada akhirnya menopang keberhasilan pengajaran yang gemilang.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyesuaikan dan akhirnya untuk mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika manusia. Tugas guru dalam memberikan motivasi siswa adalah mengingat adanya dinamika siswa dan membimbing dinamika siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyesuaikan dan akhirnya untuk mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika manusia. Tugas guru dalam memberikan motivasi siswa adalah mengingat adanya dinamika siswa dan membimbing dinamika siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.
Adanya pandangan
beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru
mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi
belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan
mental siswa dalam belajar. Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan
terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring,
yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai
perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau
aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa dalam
belajar. Dari guru, motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup program
dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk
meningkatkan motivasi belajar.
Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh siswa tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan siswa yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar datang pada siswa. Namun, begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak, siswa akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh siswa tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan siswa yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar datang pada siswa. Namun, begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak, siswa akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan betapa pentingnya
meningkatkan motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat
berkepentingan dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon
guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan
motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
dengan menggunakan berbagai upaya yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar