Sabtu, 04 Mei 2013

Pengaruh Profesionalisme Guru PAK terhadap Motivasi Belajar Siswa



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Di dalam dunia pendidikan di butuhkan adanya interaksi antara guru dan   murid. Dengan adanya interaksi proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas mampu dilaksanakan dengan baik. Yang dimaksud interaksi di sini adanya hubungan timbal balik diantara keduanya yakni guru dan murid.
            Belajar mengajar adalah suatu kegiatan edukatif, dimana nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi diantara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dimaksud untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu tujuan yang telah dirumuskan sebelum pegajaran dilakukan.
            Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya.
            Pendidik ini merupakan faktor human kedua setelah terdidik. Walaupun pandangan dari paham teacher centered pada umumnya tidak diterima, tetapi pendidik tidak mempunyai peranan yang amat penting di dalam proses pendidikan. Dikatakan demikian karena tanpa pendidik, pendidikan tidak dapat berlangsung.
            Guru merupakan figur sentral dalam penyelenggaraan pendidikan, karena guru adalah sosok yang sangat diperlukan untuk memacu keberhasilan peserta didiknya. Betapapun baiknya yang dirancang, namun pada akhirnya keberhasilan para siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan masyarakat penuh dengan tuntutan dari berbagai sektor sangat berpengaruh terhadap kehidupan sekolah. Untuk melaksanakan profesi guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan guru yang memadai sesuai dengan tuntutan zaman.
            Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.
            Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru memperhatikan peserta didik secara individual. Karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Guru sangat dituntut kesabaran, kreatifitas, dan profesionalisme.
            Perlu diperhatikan bahwa menghadapi siswa bukanlah hal yang mudah bagi guru, karena yang dihadapi bukanlah benda mati yang ingin dibentuk menurut keinginan guru. Akan tetapi yang dihadapi adalah manusia yang petumbuhan dan perkembangannya membutuhkan bimbingan dari orang dewasa.   Oleh karena itu profesionalisme sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kwalitas belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebagai mana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 6 disebutkan sebagai berikut :
Kendudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
            Guru adalah seseorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang. Kehadiran guru di tengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada guru atau seseorang yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia untuk belajar dan berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma, agama. Sulit dibayangkan jika di tengah kehidupan manusia tidak adanya seorang guru, bekal tidak ada peradaban yang dapat dicatat, kita akan hidup dalam tradisi-tradisi kuno, hukum rimba akan berlaku, yang kuat menindas yang lemah, demikianlah seterusnya.
            Dalam kehidupan sehari-hari berhasil tidaknya suatu pendidikan baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, perlu adanya motivasi dari kedua orang tua untuk kelangsungan pendidikan itu sendiri. Motivasi belajar anak dilakukan baik yang berupa dari dalam dirinya maupun dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
            Dalam hal belajar mengajar motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru sangat berperan penting dalam memotivasi siswa. Guru yang hebat adalah guru yang mampu membangkitkan semangat belajar siswa.
            Uraian tersebut memberikan gambaran tentang pentingnya profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya belajar Pendidikan Agama Kristen sebagai pegangan dalam membentuk siswa yang memiliki nilai-nilai kristiani.
             
B.     Ruang lingkup Masalah
            Berorientasi  pada latar belakang, sehingga penulis merumuskan ruang lingkup masalah yang merupakan titik tolak penulisan makalah ini sebagai berikut:
a.       Bagaimanakah profesionalisme guru ?
b.      Bagaimana motivasi yang akan diberikan seorang guru PAK?
c.       Bagaimana pengaruh profesionalisme guru Pendidikan Agama Kristen terhadap motivasi belajar siswa  ?



C.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar
2.      Untuk mengetahui bagaimana guru PAK yang profesional
3.      Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan serang guru profesional dalam memberikan motivasi pada siswa.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan  Teoritis
1.      Pengaruh profesionalisme Guru PAK
            Dalam kerangka teoritis ini akan membahas tentang defenisi defenisi yang berkaitan dengan aspek aspek yang dibahas selanjutnya. Berikut defenisi defenisi yang akan dibahas sesuai dengan penelitian ini yakni:
1.1  Defenisi Profesionalisme Guru PAK
            Sebelum menjelaskan tentang profesionalisme guru, penulis terlebih dulu akan menjelaskan pengertian guru.
            Guru secara etimologi sepadan dengan kata pendidik yang oleh WJS. Poerwadarminta diartikan sebagai orang yang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.
            Sedangkan secara terminologi beberapa pakar menggunakan rumusan yang berbeda tentang pendidik atau guru. Menurut Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Ihsan (2007 : 93),
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. Sama dengan teori di Barat yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
            Sedangkan menurut UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen :
 “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
            Guru merupakan orang pertama mencerdaskan manusia, orang yang membei bekal pengetahuan, pengalaman dan menanamkan nilai-nilai, budaya dan agama terhadap anak didik, dalam proses pendidikan guru memegang peran penting setelah orang tua dan keluarga di rumah.
           



            Profesionalisme berasal dari kata Profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga dapat  diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. (Webster, 1989).
            Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris, yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan kemampuan atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakukanya yang ditekankan pada pekerjaan mental yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002).
            Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok yaitu pengetahuan keahlian dan persiapan akademik.
            Menurut Martinis Yamin (2007) “profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan prosedur berlandaskan intelektualitas.” “sedangkan menurut Jasin Muhammad (dalam Yunus Namsa, 2006) profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi, serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli.”  

            Sementara itu, menurut Didit Atmadilaga,
“profesi merupakan wewenang praktik suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan teknik, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus yang penyelenggaraannya dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi .... yang bersama melakukan izin praktik atau penolakan praktik dan kelayakan praktik dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang diawasi langsung oleh pemerintah maupun asosiasi profesi yang bersangkutan.

            Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah:
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
            Menurut Djam’an Satori, “profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi, “dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya.” 
            Sementara itu, menurut Walter Johnson (1959)
profesional sebagai “.... seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan cukuup lamma untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang berkadar tinggi”.

            Adapun pengertian profesional menurut Uzer Usman (1992) adalah “suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari  dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.

            Jadi dapat disimpulkan bahwa profesional merupakan sebutan bagi seseorang yang bekerja dan ahli dibidangnya, dimana menjadi profesional memerlukan pendidikan dan kemudian diaplikasikan sesuai tuntutan profesi. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Seorang profesional akan terus-menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.
            Profesionalisme berasal dari profession yang berarti pekrjaan.
            Menurut Arifin (1995) profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaann yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Sedangkan menurut kunandar (2007:45) profesionalisme berasal dari kata profesi yang berarti suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khsusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
            Pengertian profesionalisme adalah suatu pandangan terhadap keahlian tertentu yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu, yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus. (Arifin, 1995:105).
            Jadi profesionalisme mengarah kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang diembannya.
            Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahawa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
            Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengelaman yang luas dibidangnya. Sedangkan Oemar Hamalik (2006:27) mengemukakan bahwa guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan  guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.
Guru merupakan sentral dalam kegiatan pendidikan dan harus memahami hal-hal  yang berkaitan dengan pendidikan tersebut. Guru selain mengajarkan Ilmu pengetahuan juga sebagai penggganti orang tua di sekolah, siswa.
Guru umum sangat berbeda dengan guru Pendidikan Agama Kristen, dimana guru PAK harus mampu menanamkan nilai-nilai Etika Kristiani kepada anak didiknya hal itulah yang menjadi letak perbedaan Guru PAK dengan guru umum.
Boehlke (2000:698) mengatakan : ”Guru Pendidikan Agama Kristen Adalah seorang penganjur, pengalaman belajar yang siap memanfaatkan berbagai sumber buku, peralatan, peryataan, objek dan sebagainya guna menolong orang lain bertumbuh dalam pengetahuan iman Kristen dan pengalaman percaya secara pribadi”.
Selanjutnya Homrighausen dan Enklaar (2005:164) Mengatakan: Bahwa guru PAK adalah seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap orang pelajarnya kepada Yesus Kristus. Tujuan itu ialah supaya mereka sungguh-sungguh menjadi murid-murid Tuhan Yesus, yang rajin, dan setia. Guru tak boleh merasa puas sebelum anak didiknya menjadi orang Kristen yang sejati”.
Dari pengertian di atas maka ada alasan bahwa Guru Pendidikan Agama Kristen merupakan seorang pengajar yang mempunyai pengalaman dalam menyampaikan materi pelajaran yang dibuat dari berbagai sumber buku sebagai bahan untuk pelajaran bagi anak didik yang dapat memberi pengetahuan Iman Kristen sehingga mereka mempuyai Iman dan kepercayaan akan Kasih Allah dan Guru Pendidikan Agama Kristen juga selalu siap menolong setiap orang dengan memberikan kasih karunia dari Allah yang berkelanjutan.
Guru Pendidikan Agama Kristen sangat berperan dalam mengelola proses belajar mengajar dan harus bertindak sebagai motivator dengan berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang aktif dan mengembangkan bahan pengajaran yang baik dan dapat dinyatakan dalam tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga yang memegang peran sentral dalam proses belajar mengajar maksudnya disini adalah seorang guru harus dapat memilih, menerapkan, memperhatikan, mengelola kegiatan  belajar mengajar dengan baik untuk itu Guru Pendidikan Agama Kristen dituntut untuk Profesional.



1.2  Motivasi Belajar Siswa
1.2.1        Pengertian Motivasi Belajar
            Secara etimologi kata motivasi berasal dari kata ”motif” yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu
            Istilah motivasi berasal dari bahasa latin ”movere” yang bermakna bergerak, istilah ini bermakna mendorong, mengarahkan tingkah laku manusia.
            Secara etimologi para pakar mengungkapkan bahwa menurut Mc. Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
            Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
·         Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif dan kecenderungan mendapat kesenangan
·         Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
·         Untuk menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
            Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
            Para ahli mendefinisikan belajar dengan beberapa pengertian yakni :
1.      Dr. Hamzah B. Uno, M.pd. (2008 : 22) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal dan nonformal
2.      Dr. Iskandar, M.Pd. (2009 : 181) mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan.
3.      Drs. Ngalim Purwanto, MP (2000 : 85) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
            Dari pengertian motivasi dan belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah :
Ø  Daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman.
Ø  hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator meliputi : (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil (b) adanya dorongan kebutuhan dalam belajar (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan (d) adanya penghargaan dalam belajar (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik

1.2.2        Tujuan Dan Fungsi Motivasi
            Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
           



            Sedang fungsi motivasi, menurut Prof. Dr. Oemar hamalik (2009 : 175) adalah :
1.      Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan
2.      Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan
3.      Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

A.    Sumber-sumber motivasi dalam pembelajaran
            Motivasi seseorang siswa, mahasiswa, guru dan dosen bersumber dari diri sendiri dan dari luar diri sendiri. Motivasi yang berasal dari diri sendiri disebut Motivai intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar disebut Motivasi ekstrinsik
a.      Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Sedang motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat rangsangan dari luar.
            Pada intinya motivasi intrinsik adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan satu-satu jalan adalah belajar, dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subyek belajar
b.      Motivasi ekstrinsik, merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri.
            Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel (1989 : 94) diantaranya adalah :
1)      Belajar demi menambah kewajiban
2)      Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan
3)      Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan
4)      Belajar demi meningkatkan gengsi
5)      Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru
6)      Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat / golongan administratif

B.     Dasar-dasar pemberian motivasi
            Tugas seorang guru dan dosen disini dituntu sebagai motivator untuk mendorong, menggerakkan supaya siswa melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran di kelas. Petunjuk praktis yang perlu dilakukan oleh guru dalam membangkitkan motivasi siswa belajar di kelas sebagai berikut :
1.      Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan tentang tujuan instruksional khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar
2.      Hadiah / reward. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi
3.      Saingan /kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.      Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun
5.      Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
            Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik.
1.      Membentuk kebiasaan belajar yang baik
2.      Membantu kesulitan belajar anak didik secara individu maupun kelompok
3.      Menggunakan metode yang bervariasi
4.      Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

            Teori Abraham Maslow mengenai teori motivasi
            Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia.
Kelima tingkatan di atas adalah sebagai berikut :
1)      Kebutuhan fisiologis : Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks dan sebagainya
2)      Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security); seperti terjaminnya keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tak adil dan sebagainya
3)      Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan, sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama
4)      Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.
5)      Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.

2.      Pentingnya profesionalisme Guru dalam Pendidikan
            Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan  ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengalaborasi kemampuaanya.
            Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan kaidah-kaidah profesinalisme guru yang dipersyaratkan.
            Guru dalam era teknologi imformasi dan komunikasi sekarang ini bukan hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi manajer belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode, dan multisumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
            Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan Sanusi et al (1991:23) mengutarakan enam asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, yaitu:
1.      Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya; sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusian yang menghargai martabat manusia
2.      Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal,  nasional, maupun lokal yang merupakan acuan para pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikan.
3.      Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab permasalahn pendidikan.
4.      Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.
5.      Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah yang diinginkan pendidik agar selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
6.      Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu menjadikan manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik) dengan misi instrumental, yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.
            Jika kita melihat sejenak kondisi real pendidikan yang ada di daerah, kita banyak menemukan situasi guru yang kuang menguntungkan untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya. Banyak guru yang ditempatkan dalam ruangan yang penuh sesak dengan anak didik  dengan perlengkapan yang kurang memadai. Di tempat yang demikian itulah guru diharapkan mampu melaksanakan tugas yang maha mulia untuk mendidik generasi penerus bangsa. Dan hal ini semakin kompleks bila dihadapkan dengan luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dengan dukungan fasilitas yang minim dan iklim kerja yang kurang menyenangkan.
            Luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disatu pihak, serta kemajuan dan perkembangan yang dialami masyarakat serta aspirasi nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia dilain pihak, membawa konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan kompleks bagi pelaksana dalam sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya.
            Pendidikan yang baik sebagaimana diharapkan oleh masyarakat modern  dewasa ini dan sifatnya yang selalu menantang, mengharuskan adanya pendidik yang profesional. Hal ini berati bahwa  dimasyarakat diperlukan pemimpin yang baik, dirumah diperlukan orang tua yang baik dan desekolah dibutuhkan guru yang profesional.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam mencari jawaban tentang apa dan siapa itu guru yang profesional memerlukan suatu tinjauan yang luas serta melingkupi berbagai segi.

3.      Syarat-Syarat Guru Profesional
            Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru menurut Imam Wahyudi Mengejar Profesionalisme Guru, 2012) dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik adalah sebagai berikut:
1.      Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani, maksudnya seorang guru harus berbadan sehat.
2.      Persyaratan psikis, yaitu sehat rohaninya maksudnya tidak mengalami gangguan kelainan jiwa atau penyakit syaraf.
3.      Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi keguruan, mencintai dan mengabdi pada tugas jabatannya.
4.      Persyaratan moral, yaitu sifat susila dan budi pekerti luhur, maksudnya seorang guru sanggup berbuat kebajikan serta bertingkah laku yang baik.
5.      Persyaratan intelektual atau akademis, yaitu mengenai pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan.
Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yang profesional meliputi:
1.      Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2.      Kompetensi personal, adalah kemapuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia.
3.      Kompetensi profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
4.      Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.



4.      Pengaruh Profesionalisme Guru Dalam Memotivasi Siswa
            Seperti diketahui, motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya. Pada siswa yang motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan meningkatkan motivasi belajar, khususnya oleh guru merupakan suatu hal yang perlu dan wajar (Max Darsono, 2001 : 68).
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa, keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, materi pelajaran yang merangsang, dan lain-lain. Agar motivasi belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga perhatian, keterlibatan siswa, dan lain-lain yang termasuk prinsip balajar dapat berfungsi secara optimal.
2. Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar maksudnya adalah unsur-unsur yang keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan lemah menjadi menguat. Unsur-unsur ini meliputi bahan mengajar dan upaya pengadaannya, alat bantu mengajar dan upaya pengadaannya, suasana belajar dan upaya pengembangannya, kondisi siswa dan upaya penyiapannya.
3. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang Telah Dimiliki Siswa
Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa mempunyai latar belakang untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu, guru harus pandai memilih contoh-contoh untuk menjelaskan suatu konsep baru, contoh-contoh ini hendaknya banyak terdapat di lingkungan siswa.
4. Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Setiap siswa mempunyai cita-cita dalam belajar. Namun tidak semua siswa dapat mencapai kesuksesan tersebut. Kesuksesan biasanya dapat meningkatkan aspirasi, dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk meningkatkan aspirasi ini, hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal. Kegagalan yang berkepanjangan menyebabkan siswa menjadi tidak bergairah dalam mencapai cita-citanya. Sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merumuskan tujuan belajar yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga motivasi mereka untuk mencapai tujuan itu lebih kuat.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa pengaruh dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dalam dirinya yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktivitas belajar siswa. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Salah satu contoh dari ancaman tersebut adalah kurangnya motivasi belajar siswa. Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh siswa tersebut.
Berikut adalah upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar:
1. Pergunakan Pujian Verbal
Kata-kata seperti ”bagus”, ”baik”, ”pekerjaanmu baik”, yang diucapkan guru kepada siswa setelah selesai mengerjakan yang diperintahkan atau mendekati tingkah laku yang diinginkan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
2. Pergunakan Tes dan Nilai Secara Bijaksana
Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk memotivasi siswa. Siswa belajar karena ada keuntungan yang diperoleh dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian, memberikan tes dan nilai mempunyai efek dalam memotivasi siswa untuk belajar.
3. Membangkitkan Rasa Ingin Tahu dan Hasrat Eksplorasi
Di dalam diri siswa ada potensi yang besar yaitu rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Potensi ini dapat ditumbuhkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Rasa ingin tahu pada anak didik melahirkan kegiatan yang positif, yaitu eksplorasi. Keinginan siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru merupakan desakan eksploratif dari dalam diri siswa. Motivasi akan terus meningkat jika dalam diri siswa sudah ada rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi.
4. Melakukan Hal yang Luar Biasa
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya menceritakan masalah guru dalam belajar di masa lalu ketika sedang sekolah seperti mereka, sehingga setelah mendengar cerita dari guru siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dan prestasi siswa akan meningkat. Melakukan hal yang luar biasa merupakan upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
5. Merangsang Hasrat Siswa
Hasrat siswa perlu dirangsang dengan memberikan sedikit contoh hadiah yang akan diterimanya bila ia berusaha dan berprestasi dalam belajar. Hadiah yang diberikan kepada siswa dapat berupa benda, pujian verbal, nilai yang baik dan lain-lain yang akan merangsang hasrat siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
6. Memanfaatkan Apersepsi Siswa
Pengalaman siswa baik yang didapat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah dapat dimanfaatkan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. Siswa mudah menerima dan menyerap materi pelajaran dengan menghubungkan bahan pelajaran yang telah dikuasainya. Bahan apersepsi merupakan seperangkat materi yang dikuasai yang memudahkan untuk menuju materi pelajaran yang baru.
7. Minta Kepada Siswa untuk Mempergunakan Hal-hal yang Sudah Dipelajari Sebelumnya
Hal ini menguatkan belajar siswa dan sekaligus menanamkan suatu penghargaan pada diri siswa, bahwa apa yang sedang dipelajarinya sekarang, juga berhubungan dengan pengajaran yang akan datang.
8. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.  Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan..
9. Menggunakan metode yang bervariasi.
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
10. Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
11. Perkecil Daya Tarik Sistem Motivasi yang Bertentangan
Kadang agar diterima oleh teman-temannya, siswa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru. Dalam hal ini guru sebaiknya melibatkan ketua kelas yang berperan sebagai pemimpin dan sebagai contoh siswa yang lain di kelas itu, dalam aktivitas yang berguna (menyusun tes, mewakili sekolah dalam pameran ilmiah, dan sebagainya) sehingga teman-temannya akan meniru melakukan hal-hal yang positif.
Dalam interaksi edukatif tidak semua siswa termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi siswa untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga yang sedikit sekali memiliki motivasi. Hal ini perlu disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada siswa.
Jika terdapat siswa yang kurang termotivasi untuk belajar, peranan motivasi ekstrinsik yang bersumber dari luar diri siswa sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik ini di berikan bisa dalam bentuk pujian, hadiah, dan lain-lain. Tugas guru sekarang adalah bagaimana menciptakan interaksi edukatif yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Siswa dapat tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya menopang keberhasilan pengajaran yang gemilang.
Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menyesuaikan dan akhirnya untuk mendapatkan kepuasan ini disebut dinamika manusia. Tugas guru dalam memberikan motivasi siswa adalah mengingat adanya dinamika siswa dan membimbing dinamika siswa. Maksudnya ialah supaya anak yang belajar dalam membentuk dinamika manusia ini tidak melalui pengalaman-pengalaman yang kurang baik.
Adanya pandangan beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental siswa dalam belajar. Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, dan dinamika siswa dalam belajar. Dari guru, motivasi belajar pada siswa berada dalam lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar.
Prestasi belajar yang baik dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh siswa tertentu. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang membedakannya pada sifat, jenis, dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan siswa yang berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar siswa ini sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan belajar datang pada siswa. Namun, begitu usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar siswa dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab bila tidak, siswa akan mengalami kegagalan dalam meraih prestasi belajar yang memuaskan.
            Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan betapa pentingnya meningkatkan motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa sangat berkepentingan dengan masalah ini. Oleh karena itu, sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan berbagai upaya yang telah diuraikan pada bab sebelumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SOAL PTS AGAMA KRISTEN KELAS 4 SEMESTER GANJIL TAHUN 2021/202

 soal PTS AGAMA KRISTEN KELAS 4 di ditujukan untuk siswa kelas 4 SDN 064025